Kulinerasik.com – Kabupaten Tuban Jawa Timur yang dikenal memiliki kerajinan batik dengan nuansa pesisiran yang mempesona. Namun Kota Laskar Ronggolawe ini juga memiliki bermacam-macam masakan yang bisa menggoyang lidah. Mulai dari masakan becek menthok, serta berangasan asem endas manyung yang segar.
Becek Menthok Bu Suyati
Becek Menthok Bu Suyati |
Kuliner khas Tuban yang harus kau cicipi lagi yakni becek menthok Bu Suyati yang terletak di Jalan Bogorejo. Warung ini sudah bangun semenjak tahun 1998, banyak orang termasuk yang tiba dari luar kota sudah tak ajaib lagi dengan kawasan makan ini.
Makanan ini secara tampilan tidak beda jauh ibarat kari ayam yang berkuah, namun soal rasa berbeda. Kebanyakan orang memang sulit membedakan antara menthok dengan bebek. Meski habitatnya sama, tetapi secara fisik keduanya berbeda. Menthok berbulu putih dan badannya lebih bongsor, sementara angsa berbulu cokelat dengan leher panjang.
Dulu sajian dari menthok jarang disukai oleh masyarakat umum. Pasalnya, kesan yang tertanam yakni menthok itu menjijikkan, rasanya amis, hingga tidak layak konsumsi. Padahal dilihat dari habitatnya, tak ada perbedaan antara menthok, bebek, serta ayam. Kemudian Bu Suyati bereksperimen membuat sajian becek menthok yang sudah ada dengan formula bumbu hasil olahan sendiri sehingga terasa nikmat di lidah. Dan akibatnya Bu Suyati menemukan bumbu becek menthok yang enak, termasuk cara semoga daging menthok tidak amis, empuk, dan gurih. Di antaranya yakni sesudah daging menthok dibersihkan, dipotong-potong kemudian direbus di dalam air panas yang diberi daun serai dan daun jeruk supaya tidak amis, serta ditambahi kemiri dan bawang putih yang ditumbuk. Yakni semoga daging lebih gurih dan lembut, sesudah ditiriskan barulah daging dimasak becek dengan bumbu cabai, bawang merah, bawang putih, merica, ketumbar, serta dimasukkan beberapa batang kayu anggun dan beberapa butir cengkeh.
Satu porsi becek menthok Bu Suyati dibanderol dengan harga Rp 25.000 dengan sepiring nasi. Kesulitan yang kerap dialami Bu Suyati yakni mencari daging menthoknya, lantaran tidak semudah mencari daging ayam, bebek, atau sapi. Daging menthok sangat terbatas di pasaran sehingga kalau pas kosong hingga harus didatangkan dari Lamongan atau kota lain. Rat-rata dalam sehari Bu Suyati menghabiskan 20 ekor menthok.
Garang Asem Endhas Manyung Pak Joko
Garang Asem Endhas Manyung Pak Joko |
Suasana siang hari yang terik, di sebuah warung sederhana di Desa Mondokan, Tuban, Jawa Timur, para pengunjung terlihat tengah asyik menikmati sajian berangasan asem endhas manyung yang nikmat. Mereka terlihat lahap menyantap kepala ikan berkuah, bahkan sampai-sampai tak peduli segala hal di sekitar mereka. Itulah citra suasana sehari-hari di warung makan Pak Joko. Endhas manyung atau dalam bahasa Indonesia berarti kepala ikan manyung.
Garang asem endhas manyung memang sangat cocok dinikmati ketika udara panas dengan kuahnya yang segar. Selain daging ikan yang terasa gurih lembut, kuahnya pun terasa asam pedas, sehingga segarnya terasa di lidah. Disarankan tiba ke warung ini jangan lewat dari jam satu siang lantaran kemungkinan sudah habis.
Warung Pak Joko ini bangun semenjak tahun 2010, hingga ketika ini warungnya selalu ramai setiap harinya. Garang asem endhas manyung memang hanya memakai bab kepala ikan manyung, sedangkan bab lain lebih banyak diolah sebagai ikan asin. Ikan asin manyung sendiri memang populer lantaran dagingnya yang tebal dan empuk. Nah, bab kepalanya kemudian dijual terpisah dengan dibentuk sajian endhas manyung. Ikan manyung yang dimasak berangasan asem itu biasanya ikan berukuran besar. Ada 3 ukuran ikan jambal yang dijual di pasaran, yakni ukuran kecil yang per kepala beratnya mencapai 0,5 kilogram, ukuran sedang dengan berat 1 kilogram, dan yang paling besar atau jumbo berukuran berat sekitar 1,5 kilogram. Harganya pun berkisar mulai dari Rp 35.000 hingga Rp 100.000.
Yang membuat istimewa dari masakan ini adalah, meski yang dimasak hanya bab kepala, jangan dikira isinya cuma tulang belulang. Di sela-sela bab tulang, terdapat cukup banyak daging. Justru asyiknya makan kepala ikan itu lantaran mengigit daging lembut di antara tulang-tulangnya. Saking ramainya sehari-hari warung Pak Joko ini bisa menghabiskan sekitar 2 kuintal kepala ikan segar yang dipasok dari para nelayan Tuban dan Brondong, Lamongan, Jawa Timur. Khusus untuk hari Sabtu dan Minggu pasokannya lebih besar lagi, lantaran pembeli yang tiba juga makin banyak.
Satu hal yang membuat berangasan asem endhas manyung Pak Joko selalu menjadi jujugan favorit pembeli yakni ikan yang dimasak di warung ini selalu ikan segar yang gres didapat dari para nelayan. Kedua, ikan pada racikan garam asem yang disajikan tidak dimasak pagi hari atau sebelum warung buka, tetapi dimasak begitu pembeli datang. Kaprikornus di pagi hari hanya membuat kuahnya saja. Begitu ada pembeli, gres kepala ikan dimasak bersama kuah dan disajikan dalam keadaan panas. Pembeli pun tidak perlu menunggu lama, hanya membutuhkan 15 menit saja dalam satu kali memasak untuk 4-5 lima porsi.
Berbicara soal bumbu bekerjsama tidak ada yang istimewa, yakni bawang merah dan bawang putih, cabai, kunyit, lengkuas, serta asam segar. Hanya saja dosis warung memang punya cita rasa yang berbeda.
Tag :
KULINER FAVORIT
0 Komentar untuk "Menikmati Kuliner Khas Tuban Yang Mak Nyus, Dari Becek Mentok Sampai Kepala Ikan Gabus"